Bunga Berharga - KOMA's Official Website

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Bunga Berharga

Share This

 Cemoohan dan hinaan selalu aku dapati dari kedua makhluk di sebelahku. Aku tidak bisa pergi kemanapun. Akarku tertancap kuat di tanah, aku tidak mempunyai lengan juga kaki seperti manusia yang selalu lewat depanku atau manusia yag aku benci yang mereka panggil majikan. 

Aku sebuah tumbuhan yang berbeda daripada yang lain. Dahanku berduri dan tidak mulus seperti sejenisku. Bungaku berwarna aneh, coklat dengan gradasi hijau tua. Memberi kesan kuno dan menjijikan. Ini hanya sebagian kecil faktor yang menjadikan mereka menghinaku. 


Bertempat tinggal di sebuah pekarangan rumah yang sejuk sedikit membuatku bersyukur. Aku tidak mengeluh dengan apa yang aku dapat selama ini dari tumbuhan sejenisku. Aku pantas menerimanya. Sebulan aku hidup aku masih kuat. 



"Hey! Saatnya waktu air!" 



Tumbuhan sebelah kananku berseru dengan semangat. Aku melihat majikan menyebalkan itu mendekat dengan sebuah wadah penyiram tanaman. Iya, dia menyebalkan. Dia tidak pernah menyiramku. Air itu tidak dituangkan kepada tubuhku yang ringkih dan mulai mengering ini. 


Sesi penyiraman sore selesai. Aku sudah menyiapkan mentalku untuk diejek dan dihina habis-habisan lagi. Hari ini sama seperti hari biasanya. Dengan kata-kata jahat mereka aku berharap membuatku  kuat dan menjadi lebih baik. 


Malam itu aku terbangun. Melirik ke kiri dan kananku. Teman- tidak! Mereka bukan temanku. Teman mana yang suka menghina satu sama lain? Mereka, para tumbuhan sejenisku tertidur dengan nyenyak dan terlelap. Sepertinya bahkan sebuah alunan musik kencang tak akan menbangunkan mereka. 


Berbeda denganku kini, tubuhku mulai gemetaran karena kedinginan. Angin malam yang menusuk hingga ke tulang dahanku membuatku tidak dapat tertidur. 


Andai saja aku mempunyai kaki dan tangan. Malam ini aku akan pindah tempat yang lebih layak. Menikmati air juga pupuk sebagai makanan. Itu hanya angan-angan saja setiap aku terjaga di malam hari. 


Di suasana yang sejuk dan sunyi ini aku bisa berimajinasi ria tentang diriku yang diperlakukan baik serta sopan oleh majikan. Berimajinasi tentang teman-teman tumbuhanku yang tak memandangku sebelah mata. Kalau saja itu terjadi, aku tidak akan meminta lebih. 


Hari berganti hari. Tangkaiku semakin tidak bisa menopang beberapa bunga di puncak mahkotaku. Lagi-lagi tumbuhan di sebelahku menghinaku karena tampilanku yang jelek dan tak pantas untuk hidup. 


Aku mencoba menguatkan diri. Tak pernah aku melawan balik mereka. Bukan karena mereka tak ada kekurangan, aku hanya berpikir bahwa kata-kata jahat saja menyakiti hatiku apalagi jika aku lawan mereka? Aku hanya diam dan berusaha menambal beberapa lubang di hatiku akibat hinaan mereka. 


Sosok perempuan kecil menghampiri kami. Semua tumbuhan berbunga menggoyangkan bunganya seolah menawarkan aset cantik itu kepada perempuan manis di depannya dengan mata berbinar. 


Aku? Aku diam saja. Aku tahu apa yang gadis kecil itu akan lakukan. Bungaku yang kelopaknya rapuh tentu tidak akan menjadi pilihan gadis cantik itu. 


Tumbuhan di sebelahku tertawa lepas, "Lihat? Kamu bahkan tidak dianggap oleh gadis itu! Lihat bunga cantikku! Dipasang di telinganya. Astaga, dia semakin manis!"


Begitulah ejekan yang dia layangkan padaku. Benar, gadis itu semakin cantik dengan satu tangkai bunga berwarna merah senada dengan bajunya. 


Hari demi hari yang menyakitkan aku lewati. Sudah berhari-hari ini aku tidak mendapat asupan air juga pupuk oleh majikan. Aku bisa bertahan hanya dari air hujan dan cahaya matahari yang terik. Hanya mereka yang membuatku hidup. 


Setelah kejadian gadis cantik kemarin, kali ini ada lelaki tampan dengan penampilan keren melewati kami. Tentu saja, aku memilih diam. 


Tetapi yang menbuatku terkejut dia memperhatikanku. Tangannya menyentuh bunga lalu tangkai berduriku. Bunga yang masih tersisa tiga itu ia sentuh dengan lembut. 



"Permisi, apakah Anda pemilik tumbuhan ini?"



Majikanku berjalan mendekat. Melirikku dengan jijik. "Benar. Ada apa?"



"Tumbuhan anda sepertinya tidak terawat. Izinkan saya mengambilnya, boleh?"



Ya ampun! Untuk apa juga manusia tampan memerlukan diriku yang berpenampilan jelek ini? Aku pantas dibuang. Hidup di dunia yang kejam ini sungguh tidak aku inginkan lagi. 


"Tentu. Saya bahkan membiarkannya mati. Penampilannya aneh dan jelek. Jika Anda mau, bawa saja sekaligus potnya." 


Entah mengapa, benteng yang kubangun dan kutambal selama ini runtuh juga. Aku sungguh sakit hati dihina seperti itu oleh majikanku sendiri. Ternyata dia memang sebenci itu padaku. 


Selama perjalanan aku menangis dalam diam. Entah aku dibawa kemana. Aku hanya berharap aku dibuang saja. Sudah tidak ada harapanku untuk hidup di sebuah kebun yang luas, sebuah suasana yang asri dan sejuk. 


Di tempat baru ini, ternyata berbeda dati ekspektasiku. Aku diberi air juga pupuk berkualitas tinggi. Tumbuhan yang sekarang kusebut teman ini sangat menghargaiku bahkan sering mengobrol denganku. 


Perlahan aku bisa melihat secercah harapan dimana aku bisa hidup lagi dengan tenang. Kini aku menjadi sehat kembali berkat si tuan tampan yang selalu merawatku. 


Sampai pada suatu saat aku dibawa ke sebuah ruangan luas yang terdiri dari beberapa orang berpenampilan rapi. Sangat berbeda dari majikan menyebalkanku dulu itu. 


Aku sangat terkejut mendengar sebuah informasi yang seseorang umumkan. Aku, sebuah tanaman yang dulunya diolok-olok dan dihina sebenarnya adalah tumbuhan langka. 


*Bagaimana bisa? Aku ini sebuah tumbuhan menjijikan kau tahu?!*


Kemudian muncullah gambar tumbuhan sejenisku di layar dengan bukti-bukti. Ini membuka mataku bahwa aku sebenarnya tumbuhan langka itu. 


Acara selesai. Seseorang yang mendekap potku saat ini bilang ia membeliku seharga 100 juta rupiah. Serius? Yang aku tahu adalah uang 10 ribu berwarna ungu yang pernah jatuh di depanku. Ini 100? Pasti jauh lebih mahal. 


Tempat baru lagi. Kini aku ditanam di sebuah kebun yang sangat luas. Aku mempunyai teman-teman baru lagi. 


Di sini aku baru menyadari bahwa bukan aku yang salah selama ini. Lingkunganku yang salah. Aku baru tahu dari teman baruku bahwa aku ini langka. Aku ini berharga. 


Mulai saat ini aku akan menghargai diriku sendiri. Tidak akan merendahkan bahkan berpikir untuk menghilang dari dunia.






No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages