Kesempatanmu (Cerpen) - KOMA's Official Website

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kesempatanmu (Cerpen)

Share This

                                              Kesempatanmu

                                 Karya: Tarisha Rasikha Nurrahmah

                                                     


      Kalian tahu jika seseorang berbuat banyak perilaku buruk atau kejahatan maka dia akan menerima dosa yang banyak. Disini aku sudah tidak peduli lagi dengan itu, apapun yang aku lakukan itu semua terserah padaku. Aku selalu memperlakukan orang lain sesuka hatiku, melakukan apapun semauku. Aku tak peduli tanggapan orang lain. Karena aku hidup untuk diriku sendiri. Kini usiaku sudah menginjak 17 tahun, aku sudah duduk ditahun kedua bangku SMA. Diumur segini, remaja bebaskan melakukan apapun? Maka akan kulakukan semua sesukaku. Hari ini adalah hari pertama sekolah ditahun kedua, dan ini adalah awal mula kisahku ditulis.

“Wah selamat pagi cebol, mulai hari ini kamu harus bawakan tas dan barang barangku ya!” ucapku dengan nada sombong.

“Ah baik,”ucapnya dengan nada penuh kesedihan.

“Yang semangat dong, hari ini kan tahun ajaran baru woy!”

“Ah iya maaf, mari kita ke kelas,” ucapnya dengan semangat namun pnuh paksaan,”


Kamipun bergegas ke kelas karena sebentar lagi bel akan segera berbunyi, menandakan mata pelajaran pertama akan dimulai. Jadi kami sedikit berlari agar tidak terkena hukuman. Sesampainya dikelas, aku memutuskan duduk disebelah jendela untuk mendapatkan udara sejuk meskipun sedang musim panas. Tapi, bangku disebelah meja sudah diambil jadi akan kurebut. Sebelum itu akan kupilih bangku yang paling nyaman dan pas untukku.

“Hey kamu mata empat, cepat pindah tempat duduk, ini kursiku,”

“Kata siapa? Aku kan yang duduk duluan disini, lalu apa hakmu?” sautnya menentang apa yang kukatakan.

“Ikuti saja agar kamu baik – baik saja,” bisik si perempuan pesuruhku pada si mata empat.

“Aku bisa mendengar bisikanmu,” ucapku dengan kesal.

“Tapi aku kan sudah duluan disini, apa maksudmu?” balas perempuan berkacamata.

“Cepat pindah! Apa susahnya?” ucapku dengan nada yang cukup tinggi.


Sepertinya gadis berkacamata itu cukup kaget, wajah menggambarkan bahwa dia takut dan ingin meneteskan air mata karena terkejut.

“Baiklah aku akan pindah,” ucapnya pasrah.

“Haha gitu dong dari tadi, kan gampang tinggal pindah,” ucapku puas.

Aku cukup puas dengan keadaanku sekarang, karena semua orang disekitarku patuh dan merasa biasa – biasa saja saat aku menekan mereka. 


      Pulang sekolahpun tiba, aku bergegas untuk segera pulang karena aku ingin segera berbaring di rumah. Aku berjalan menuju gerbang sekolah dimana supir pribadiku menungguku. Saat aku sudah sampai di gerbang, tidak biasanya supirku malah menunggu di jalan sebrang. Alhasil, aku harus menyebrang, saat itu aku sangat tidak hati – hati. Aku malah langsung menyebrang tanpa melihat ke arah kiri dan kanan terlebih dahulu. Akupun tertabrak mobil yang melaju cukup kencang. Aku pun tertabrak cukup kencang dan membuatku tak sadarkan diri. 


    Aku terbangun, namun anehnya aku malah terbangun di tempat yang sama sekali belum pernah kulihat ataupun pernah aku kunjungin. 

“Tempat apa ini? Dimana aku?” ucapku kebingungan.

“Halo, selamat datang Mawar,” ucap sosok wanita cantik yang sama sekali tidak aku kenali.

“Maaf, Anda siapa?” tanyaku.

“Saya adalah malaikat yang bertugas untuk memperbaiki perilaku manusia yang memiiki banyak dosa dan perilaku yang buruk,” ucapnya dengan sangat anggun.

“Hah? Hal yang seperti itu ada di dunia ini?” ucapku sambil terus membuka mulut.

“Tentu saja ada, kamu terpilih karena kamu sudah sangat nakal,” ucapnya.

“Lalu, ini dimana? Aku gak tahu dan gak pernah lihat,” ucapku kebingungan.

“Ini memang bukan duniamu, Mawar. Selamat datang di Chansu, tempat dimana kamu diberikan kesempatan kedua,” ucap wanita itu penuh senang hati.

“Ini dunia beda dimensi?” tanyaku masih bingung.

“Iya, betul Mawar. Ragamu yang asli sedang berada di dunia asli. Dirimu yang disini hanyalah jiwamu saja,” jawabnya.

“Emang ada apa denganku? Kok aku bias sampai ada disini,” tanyaku untuk kesekian kalinya.

“Dirimu baru saja kecelakaan, lalu kamu tidak sadarkan diri. Setelah itu dibawa ke rumah sakit,” jawabnya.

“Hah? Aku kecelakaan?” ucapku sangat kaget.

“Ya, betul,” balasnya dengan santai seperti tidak ada beban.

“Berarti aku bias saja mati?’ tanyaku penuh cemas.

“Bisa, jika kamu gagal dalam misi ini,” ujarnya.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan agar tetap bisa hidup?” tanyaku lagi.

“Yang harus kamu lakukan itu mudah, yaitu, kamu harus menyelamatkan dunia ini dari kejahatan seorang penyihir sakti namun jahat,” ujarnya.

“Bagaimana caranya? Aku kan hanya manusia biasa,”

“Syaratnya kamu hanya perlu membantu orang orang disini, lalu berlatih menjadi sosok yang lebih baik. Tapi ingat, kamu tidak boleh mengalahkannya dengan cara membunuhnya. Kamu memiliki kekuatan tersembunyi di dunia ini, gunakan kekuatan itu untuk menjaga diri dari penyihir jahat tersebut,” ucapnya cukup Panjang kali lebar.

“Kekuatan apakah itu?” tanyaku penasaran.

“Kamu lihat saja nanti Mawar,” jawabnya.

“Ingat jika kamu gagal dalam misi ini, maka kamu akan mati bersama dosa – dosamu. Dan kamu harus berjanji serta bertekad, saat kembali jadilah pribadi yang lebih baik, menghargai orang lain, dan senantiasa mengatakan hal yang baik,” ucapnya dengan nada tegas.

“Baik, aku berjanji,” jawabku penuh keyakinan.

Setelah selesai berbicara dengan wanita tersebut, akhirnya aku diminta untuk datang dan bermalam di suatu desa. Disana katanya akan ada seseorang yang special, orang itu akan menjadi rekan seperjuangan. 


      Aku berjalan sudah cukup jauh tapi aku belum sama sekali menemukan adanya tanda jika ada sebuah desa.Tidak lama kelamaan mulai terlihat sesuatu seperti atap rumah, aku berjakan terus dan ternyata benar itu adalah desa. Aku pun memasuki desa tersebut, tidak lama ada 3 orang yang mendekati diriku. Satu orang anak perempuan dan dua anak laki – laki, kalau dilihat sih mereka sepertinya seumuran denganku.

“Halo, apakah kamu yang bernama Mawar?” tanya salah satu anak laki – laki.

“Iya, aku Mawar,” jawabku dengan tegas.

“Halo Mawar, kami berempat juga memiliki misi yang sama denganmu. Kami sudah cukup menunggu lama untuk kembali sadar dari koma,” ucap si anak perempuan.

“Sudah berbulan – bulan?” tanyaku.

“Kami koma bertahun – tahun. Jadi mungkin misi kami cukup sulit karena harus menunggu kehadiranmu,” jawab salah satu anak laki – laki.

“Oh begitu? Jadi kalian lebih tua dariku?” tanyaku lagi.

“Tidak kami seumuran denganmu,” jawab si anak perempuan.

“Ya sudah, kita lanjutkan berkenalan sambil mengasah kemampuan dan kekuatan yang kamu miliki,” ujar si anak lelaki.


Kami berjalan menuju sebuah lapangan besar yang terdapat pada desa itu. Aku kira itu hanya sebuah lapangan biasa, tapi ternyata itu lapangan yang sangat luas sekali. Lapangan itu digunakan untuk berlatih ilmu sihir kita. Bukan hanya ada manusia tapi juga ada Naga, Unicorn, Peri, dan makhluk mitologi lain yang selama ini aku kira tidak ada. Setelah kami memasuki lapangan, kami bersiap siap dan menggunakan peralatan khusus untuk bertarung. Lalu, satu peri kecil menghampiriku.

“Halo, kamu pasti peserta baru ya. Mari sini aku antar. Yang lain juga mari ikuti aku,” ujar peri kecil tersebut.


Peri itu mengantarkan kami ke tempat khuus untuk pelatihan anggota yang akan menyelamatkan desa dari marabahaya. Sambil berjalan, kami memutuskan untuk saling berkenalan.

“Namaku Ruri,” ucap si peri kecil.

“Aku Rin. Kalau ini Dewi,” ucap salah satu anak laki – laki.

“Kalau aku Bima,” ucap anak laki – laki lainnya.

“Okay, sudah selesai perkenalannya. Mari kita langsung berlatih,” ujar peri kecil.

“Mawar, coba kamu lakukan ini agar kekuatanmu keluar,” ucap Rin sambil mengarahkan telapak tangan kearah dinding.

“Begini?” tanyaku sambil memperaktekan hal yang dilakukan Rin tadi.

Tiba tiba saja…

“Whoooosh” suara angin keluar dari tanganku.

Ya betul, kekuatanku adalah angin atau udara.

“Wow, tadi itu sangat keren,” ucapku terpesona.

Setelah terpesona dengan apa yang kudapat di dunia ini, aku pun mulai serius berlatih untuk mengasah kekuatan dan banyak belajar agar cepat bias menguasai dan segera kembali ke dunia asalku. 


      Hari – hari pun berlalu, kami sudah melewati banyak kenangan bersama. Semua orang di desa ini sangat ramah dan baik hati, ternyata jika aku berbuat baik aku bias merasakan hari – hari yang menyenangkan dan memiliki banyak teman. Aku jadi merasa bersalah dengan orang – orang yang selalu aku perlakukan dengan tidak baik. 


      Setelah berminggu – minggu kami berlatih, besok adalah hari dimana penyihir itu akan datang. Aku kira benar akan sesuai yang diperkirakan, tapi ternyata dia datang hari ini.

“Wahahahahahahah! Halo, semuanya saya datang untuk mengacaukan desa ini,” ucapnya sambil tertawa.

Tanpa aba – aba dia langsung mengeluarkan sihir dari tongkatnya. Sihir itu mengenai bangunan yang cukup berarti bagi desa, penyihir jahat itu membuat bagunan itu hancur dan terbakar. Kami terpuruk dan merasa tidak percaya diri. Apakah kami bisa mengalahkan penyihir jahat itu? Kami masih bersembunyi sebelum menyerang.

“Hey! Tidak perlu takut, kalian sangat hebat! Aku percaya kalau kalian pasti bisa mengalahkan penyihir itu,” ucap peri kecil menyemangati.

Setelah mendengar kalimat itu dari Ruri, kami pun saling menatap satu sama lain, tanda bahwa kepercayaan diri kami sudah kembali. Kami pun keluar dari tempat persembunyian kami dan siap untuk melawan penyihir jahat.

“Hey! Kami akan mengalahkanmu!” sorakku pada penyhir jahat.

“Memang kalian bisa apa?” jawabnya sambil terkekeh.

“Lihat saja, lawan kami. Kami tandinganmu!” sorak Rin dengan rasa percaya diri.

“Hahaha siapa takut,” saut sang penyihir sambil tertawa.


Kami berusaha agar kami ataupun penyihir tidak terluka, karena kami hanya ingin membuat penyihir itu untuk kembali ke jalan yang benar. Aku menggunakan kekuatan anginku agar dia kesulitan untuk terbang menggunakan sapu ajaibnya. Rin membantuku dengan membuat trampoline agar – agar, maka jika penyihir terjatuh dari sapu ajaibnya dia akan selamat. Bima juga membantuku, dia membantu mengendalikan arah mata angin agar pas jika nantinya terjatuh di agar – agar buatan Rin. Sedangkan Dewi, dia membantu kami agar mana atau energi kami tidak habis. Setelah beberapa menit sang penyihir terombang – ambing, dia mulai hilang kendali atas sapu ajaibnya. Tidak lama ia terjatuh dan untungnya sesuai harapan, ia terjatuh tepat di agar – agar milik Rin. Kami pun berlari untuk segera melihat keadaan penyihir.

“Huuuh, cukup melelahkan ya,” ucapku.

“Mari kita lihat keadaannya,” ucap Rin.

“Aku cek dulu yaa,” ujar Dewi.

Dewi pun melihat dan mencari tahu kondisi penyihir. 

“Guys, kondisinya baik baik aja. Ternyata selama ini dia dihipnotis, kita harus mencari siapa dalangnya,” ujar Dewi.

“Hah? Hipnotis?” tanyaku.

“Iya, kita bisa cari sih siapa dalangnya. Tapi membutuhkan beberapa menit,” ujar Dewi. 

“Ya sudah, kamu fokus aja sama hal itu,” ucap Rin. 

Kami sudah menunggu selama 15 menit dan ternyata dalangnya adalah kepala desa. Kami semua cukup kecewa dengannya.



           2 hari sudah berlalu, setelah kami membereskan masalah kami melakukan aktivitas bersama untuk membantu penduduk desa. Keesokan harinya, kami sudah bersiap – siap karena pagi hari malaikat akan datang untuk mengantarkan jiwa kami ke raga masing – masing.

“Selamat! Kalian sudah berhasil melakukan kebajikan selama 1 bulan dan berhasil menyelamatkan desa kami,” ucap sang malaikat.

“Terima Kasih,” ucap kami serentak.

“Kami semua sangat berterima kasih pada kalian, kalian sangat membantu kami. Selamat! Kalian sudah bisa kembali ke dunia kalian, tapi ingat jangan menjadi sosok kalian sebelum kalian datang kesini. Jadilah sosok yang lebih baik. Sampai jumpa Rin, Mawar, Bima, Dewi! Terima Kasih!” ucap malaikat dengan anggun.

Tidak lama aku pun bangun dari tidurku. Ibu dan Ayahku yang selama ini sibuk bekerja ada dihadapanku. Ibu menangis tersedu – sedu dalam pelukan Ayah. Tak lama mereka pun sadar akan aku yang sudah sadar. Akhirnya Ayahku pergi keluar untuk memanggil dokter. Selang beberapa menit dokter pun sampai dikamarku.

“Mari saya periksa dulu,” ucap dokter.

Dokter hanya memeriksa hal - hal kecil saja tidak lebih.

“Ya, alhamdulillah semua baik. Dalam 2 hari sudah bisa pulang,” ujar dokter tersebut.

“Alhamdulillah Ya Allah…” ucap Ayah dan Ibu bersama.

Ayah dan Ibu pun menghampiriku dan menggenggam tanganku.

“Nak, maafkan Ibu dan Ayah, kami sangat kurang memperhatikanmu, kami terlalu terfokuskan pada pekerjaan. Untuk kedepannya, kami akan lebih sering menghabiskan waktu bersamamu, anak Ayah Ibu satu - satunya,” ucap Ayah penuh penyesalan.

“Iya Nak, tolong maafkan kami ya,” ucap Ibu sambil menangis.

Kami akhirnya berpelukan dan menghabiskan hari – hari sebelum aku dibolehkan pulang.


           2 hari kemudian aku sudah bisa pulang kerumah karena kondisiku sudah fit kembali. Aku berencana untuk istirahat saja hari ini karena aku ingin segera masuk sekolah besok. Aku ingin meminta maaf pada teman – teman di sekolah. Keesokan harinya, aku terburu – buru untuk berangkat ke sekolah karena aku bangun sedikit telat. Setelah siapa dan sudah memakai seragam aku memilih membawa roti saja yang sudah disiapkan di meja makan dan aku kan memakannya di mobil. Pak Asep supir pribadiku sudah menyiapkan mobil, ia sudah siap untuk mengantarku ke sekolah.

“Selamat pagi Pak Asep,” ucapku menyapa Pak Asep saambil tersenyum.

“Pagi Non,” jawabnya.

Pak Asep pun membukakan pintu mobil bagian belakang karena tanganku penuh dengan roti. Lalu, kami berangkat dan sampai setelah 30 menit perjalanan. Aku turun dan mengucapkan terima kasih sebagai tanda berterima kasih. Saat mau memasuki gerbang sekolah, tiba – tiba sajja aku tertabrak dengan siswa yang lain.

“Aduh!”

“Ah maaf, aku tidak sengaja,” ucap siswa laki – laki tersebut.

Saat aku melihat wajahnya…

“Loh Rin?!” ucapku dengan nada yang cukup tinggi karena terkejut.

“Loh Mawar? Kita satu sekolah?” jawabnya.

“Loh kalian? Mawar? Rin?” ucap seseorang secara bersamaan.

“Loh ternyata kita semua satu sekolah. Gak disangka banget. Aku kira aku gak bakal ketemu kalian lagi,” ucapku sambil sedikit tertawa.

“Aku juga. Hahahahaha,” ucap mereka secara bersamaan.

“Ya sudah, yuk kita masuk,” balasku.

Kami berjalan ke dalam sekolah bersama dan berpisah karena kelas kami berbeda. Aku pun berjalan memasuki kelasku dan bersiap – siap untuk menyapa teman – teman. Aku pun hendak mencari Gita, siswa yang kemarin kurebut bangkunya dan Nisa yang kemarin kusuruh untuk membawakan tas milikku. Aku menghampiri Gita terlebih dahulu.

“Kamu mau apa? Mau duduk sini?” tanyanya sinis sambil membereskan barang – barangnya.

“Enggak Gita, aku mau minta maaf sama kamu. Maaf ya, selama ini aku selalu aja bicara gak sopan dan merebut bangkumu. Padahal sudah jelas kamu yang duduk duluan. Aku tulus memita maaf tanpa ada nya paksaan, tidak akan pernah kuulangi lagi perbuatan itu,” ucapku dengan tulus.

“Baiklah aku maafkan, aku harap kamu tidak akan pernah mengulagi perbuatan itu ya,” balasnya.

“Baik, terima kasih Gita,” ucapku sambil tersenyum.

Selanjutnya aku berjalan ke arah bangku milik Nisa.

“Selamat pagi Nisa, aku mohon maaf atas kelakuanku yang merendahkamu selama ini. Aku tahu aku salah dan tidak akan pernah melakukan hal itu lagi,” ucapku.

“Iya tidak apa – apa, Mawar. Aku sudah ikhlas memaafkanmu sejak kecelakaanmu kemarin,” balasnya sambil tersenyum.

“Terima Kasih sudah memaafkanku Nisa,” ucapku sambil membalas senyumannya.


         Sejak saat itu aku akhirnya selalu melakukan hal yang positif dan menjadi pribadi yang lebih baik. Saat ini, aku berteman sangat baik dengan Gita dan Nisa. Lalu, bagaimana dengan Rin, Bima, dan Dewi? Ya, kami akrab sebagai sahabat yang baik. Pada akhirnya semua orang akan memiliki hari – hari baik, menemukan teman yang baik, dan mendapatkan kasih sayang orang tua dengan baik. Semua itu akan kamu dapatkan jika kamu menjadi orang yang baik dan memperlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan orang lain. 



No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages