Siapa Sosok Dibalik Kain Kafan Itu? - KOMA's Official Website

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Siapa Sosok Dibalik Kain Kafan Itu?

Share This

 


Bandung, KOMA – Hai, kenalin nama aku Ra. Ra Kusuma lebih tepatnya. Aku ingin menceritakan pengalamanku yang terbilang cukup lama. Mungkin 11 tahun yang lalu. Ini bukanlah pengalaman yang mengasyikan ataupun yang menyedihkan. Tapi, pengalaman yang cukup aku merinding setiap kali mengingatnya.

 

Saat itu, aku berumur 6 tahun, aku dan keluargaku memutuskan untuk pergi ke Lembang entah tujuannya apa. Seingatku, kita hanya berjalan-jalan hanya untuk menghilangkan pengat. Pasti kalian yang sering ke Lembang pasti tau kalau di daerah atas banyak sekali warung-warung yang buka sampai larut malam. Malam itu sudah menunjukan pukul 11:00 WIB. Ya, kami suka sekali keluar malam. Ah iya, saat itu aku tidak hanya dengan keluargaku, tetapi ada juga mantan kekasih Kak Ningsih. Bernama Bang Putra. Kak Ningsih saat itu masih sangat akrab dengan Bang Putra, bagaimana tidak Bang Putra merupakan salah satu teman dengan abang pertamaku, Bang Ivan. Untungnya sih Kak Ningsih atau kakak keduaku ini tidak gagal move on.

 

Kedua orang tua ku sibuk dengan urusannya masing-masing begitupun Kak Ningsih dan lainnya. Kebetulan saat itu pemandangan yang kami lihat hanyalah hutan-hutan yang sangat gelap dan seperti ada plang, entah plang apa itu. Bang Ivan yang sedang melihat itu, tiba-tiba berbicara “Eh, lo liat ga?” kepada Kak Ningsih yang sontak melihat arah yang ditunjuk oleh Bang Ivan. “Apaan sih bang, engga ada apa-apa. Halu kali lo.” Balas Kak Ningsih yang cukup ngegas, aku hanya diam dan ikut memperhatikan apa yang berusaha dikasih tunjuk oleh Bang Ivan. Tapi, saat aku lihat dengan seksama.. aku melihat putih-putih, seperti seseorang yang sedang berdiri di belakang plang. Jujur aku sangat terkejut dan berpikir siapa pula yang ingin berdiri di sana tengah malam seperti ini, pakai kain kafan lagi. Aku langsung melirik Bang Ivan yang masih terpaku dengan ‘penampakan’ tersebut.

 

Tak lama dari itu makanan kami semua dating dan sudah pasti kita memakannya dengan lahap karena hawa yang dingin itu membuat kita merasakan lapar. Selesai makan-makan, aku langsung sibuk dengan komikku. Sesekali aku melirik Bang Ivan dan ternyata ya bisa kalian tebak, ia masih terpaku dengan pemandangan itu. Tatapannya membuatku sangat merinding karena aku tidak pernah melihat Bang Ivan sefokus itu karena akan sesuatu. Akhirnya Bang Ivan berusaha sekali lagi untuk menunjukannya kepada Kak Ningsih yang sedang asik berbincang dengan Bang Putra. “Dek, coba lo liat sekali lagi, itu ada lho. Masa lo ga liat sih? Orang jelas banget.” Ucap Bang Ivan, “Bang udah gue bilang, lo itu-“ belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Kak Ningsih kaget ternyata di sana memang ada seseorang, bukan seseorang. Lebih tepatnya penampakan. Kak Ningsih sontak memukul paha Bang Putra dan berusaha menujukannya kepada Bang Putra juga, entah energi penampakan itu terlalu kuat atau kitanya yang sedang lemah, kita semua bisa melihat sosok itu. Sosok manusia berbalutkan kain kafan dan kotor. Kami melihat jam dan jam 12:00, tidak mungkin manusia iseng seperti itu dan itu selama 1 jam.

 

Bang Putra mengambil HP dari kantungnya dan memotret nya, berharap itu bisa menjadi sebuah suatu bukti bahwa ‘makhluk’ itu benar-benar ada. Pada jam 01:00 kitapun memutuskan untuk pulang karena perjalannya cukup memakan waktu. Bang Putra mengambil Kembali HPnya saat ingin dinyalakan ternyata tidak bisa. HPnya benar-benar mati total padahal Bang Putra ingat betul kalau battery nya itu full tapi kami semua berusaha tetap untuk positif.

 

Pukul 02:15 kita sampai di rumah, orang tua ku tentu saja langsung memasuki kamarnya. Sedangkan aku, Kak Ningsih, Bang Putra dan Bang Ivan berkumpul di kamarnya Bang Ivan untuk membicarakan yang kita lihat di Lembang tadi. Kamipun berbincang-bincang, Bang Putra masih berusaha untuk menyalakan HPnya namun hasilnya nihil. Padahal itu udah dicas, kamipun akhirnya pasrah dan berusaha untuk membicarakan hal yang lain, karena jujur aja aku cukup merinding. Entah aku merasakan bahwa ada sesosok yang mengikuti kamu sampai rumah. Namun aku memilih untuk bungkam, aku tidak mau melihat yang lain ketakutan hanya karena perasaanku. Tak lama itu Kak Ningsih izin untuk mengambil minum. Saat kembali ke kamar, Bang Ivan sangat terkejut. Kak Ningsih bingung melihat tatapannya Bang Ivan. Kak Ningsih langsung bertanya “Bang, lo kenapa dah? Jangan bikin gue kaget juga ah.” Bang Ivan sontak menjawab dengan gagap “De-dek.. di belakang lo.. ada pocong…”

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages