DEAN - KOMA's Official Website

Post Top Ad

Responsive Ads Here



Aku terbangun. Pagi ini hujan turun cukup deras, suara riuhnya mengisi kekosongan dalam rumah. Tidak ada yang lebih nikmat dari meminum teh hangat dikala angin berhembus pelan, teh hangat yang menenangkan ini membuatku rindu akan seseorang. Disaat itulah ia datang, tubuhnya basah walau membawa payung, ternyata dia masih ceroboh seperti dulu. Namanya Dean, pria yang basah kuyup ini adalah seseorang yang membuatku jatuh cinta yang paling dalam.


Dean cerewet, dia bercerita tanpa henti mengenai hari-harinya, bagaimana ia bisa menemukan kebahagiaan walau dari hal yang paling kecil, aku iri padanya. Sepertinya aku menggunakan keberuntungan seumur hidupku, karena diantara semua kemungkinan yang ada, tuhan mempertemukanku dengan Dean, bagai bumi dan langit, dua insan yang tidak disangka-sangka bisa bersatu dalam ikatan fantasi romantis.


Dia segalanya untukku. Dean mengajariku bagaimana untuk bahagia, cara untuk tersenyum dan bersyukur dalam hal apapun itu. Sulit untukku memulai semua sendiri, untuk seseorang yang sulit menerima kenyataan dan antisosial, Dean cukup sabar untuk membantuku berubah untuk jadi lebih baik. Jika ini memang anganku semua dan semua ini tidak nyata, aku lebih baik mati. Tapi tidak, semua ini nyata, Dean itu nyata, badannya hangat saat ku peluk, kecupannya lembut terasa di kening, ya ini nyata.


Semua berjalan seperti biasa, Dean setiap hari mengunjungiku dan menemaniku sepanjang hari. Tapi tidak, hari ini berbeda. Dean datang dengan wajah datar dan aura yang dingin. Aku tanya kenapa namun ia seperti menghindar dan berkata ia baik-baik saja, terus menerus hingga sekarang sudah tiga hari ia seperti itu. Ini aneh, saat kami bersama pun pikirannya seperti berada diluar kepalanya. Ini mengusikku, apa aku membuat kesalahan? Apa dia sakit? Apa dia bosan denganku? Pertanyaan itu mulai menggangguku juga, aku takut.


Mukanya semakin lesu dan pucat, aku panik. Aku memaksanya untuk kerumah sakit tapi ia tidak mau, dia bilang dia hanya tidak enak badan, tapi bibirnya yang pucat kering tidak bisa berbohong. Aku tidak tahan lagi, aku menangis, Dean panik dan memelukku, aku meminta maaf karena membuatnya merasa tidak nyaman, sambil mengusap pipiku Dean berkata dengan lembut “Bagaimana kalau kita keluar? Cuaca cerah hari ini.” Aku seketika diam, sudah lama aku tidak keluar, lingkungan luar rasanya menjadi menakutkan untukku. Tapi Dean memaksa, dia bilang dia akan selalu disisiku jadi aku tidak perlu khawatir, dia juga bilang berjalan-jalan akan membuatnya merasa lebih baik, aku tidak bisa melawan, jika itu baik untuk Dean maka akan kulakukan.


Satu langkah, dua langkah, kami berjalan beriringan, Dean mengajakku ke tempat kami dulu sering bertemu, taman, perpustakaan dan cafe dimana kami saling mengungkapkan perasaan. Suasana disana masih sama seperti saat pertama kami berkunjung, wangi kopi dan roti yang baru matang menggugah selera. Aku memesan kopi, saat ku tengok Dean, dia hanya diam tidak memesan jadi aku pesankan saja makanannya. Aku menikmati kopi yang kupesan, heran Dean tidak menyentuh kopinya sama sekali


padahal itu kopi kesukaannya, dia bilang dia akan minum nanti, pada akhirnya dia tidak meminum kopinya.


Semenjak hari itu kami jadi sering pergi keluar. Dunia luar tidak lagi asing buatku. Dean terlihat lebih baik, senyumnya kembali. Sekarang aku bisa pergi sendiri tanpa Dean, bertemu teman yang sudah lama tidak ku jumpai. Perasaan hidup ‘normal’ yang sudah lama akhirnya aku rasakan kembali. Ku kira semua berjalan menjadi lebih baik ternyata tidak, Dean kembali pucat, senyumnya menipis, matanya nampak kosong. Kali ini aku tidak khawatir, mungkin Dean hanya lelah, aku hanya meminta Dean untuk beristirahat. Aku suka bercerita keseharianku pada Dean, dia hanya senyum sambil mendengarkan ceritaku.


Satu malam dingin itu Dean menghampiriku, kami memandang langit penuh bintang diantara keheningan. Dean menggenggam tanganku dan meraih pipiku, membuat kami saling bertatapan.


“Kamu terlihat bahagia.” Dean berbisik pelan


“Itu semua berkat kamu, Dean. Kamu membuat duniaku yang gelap menjadi lebih berwarna.” Ucapku


Dean menjawabku “Aku sudah membuat hidupmu kembali berwarna, sekarang saatnya kamu mengikhlaskan kepergianku agar kita sama-sama bahagia”


Seketika aku terdiam, mendengar kata-kata Dean membuat hatiku sakit, apa maksudnya? Apa dia berpikir aku gila? Aku marah, bagaimana ia bisa berkata seperti itu?


“Aku tidak suka candaan mu Dean!” Ucapku marah


Dean hanya tersenyum dan berkata “Aku tau kamu pasti bisa menghadapi semuanya tanpaku. Lagipula aku akan selalu menemanimu meskipun dunia kita sudah berbeda.”


“Dean aku tidak suka ini, hentikan ini semua!” Aku mulai membentaknya


Dengan wajah khawatir Dean mencoba meyakinkanku “Kumohon dengarkan aku, semua ini hanya-”


“Kamu itu nyata Dean! Kamu disini, disampingku, kenapa harus membual seperti ini?!”


Disaat itu Dean diam. Ekspresinya tidak karuan, seperti iba namun kecewa. Kami hanya saling diam untuk waktu yang lama, kami menangis, bertahan pada ego masing-masing. Tanpa ada celah suara, aku menangis, Dean juga menangis. Dean perlahan membuka mulutnya.


“2 minggu yang lalu kita kecelakaan. Kamu selamat, aku tidak. Kamu koma untuk beberapa hari, kamu terlalu syok untuk menerima kematianku. Semua ini hanyalah fantasi dalam pikiranmu, semua yang kita lakukan bersama, hanyalah imajinasi mu, buka matamu.”


Perkataan itu menusuk hatiku, aku tidak bisa menyanggah Dean lagi. Akhirnya aku tersadar, bahwa Dean tidak ada, ternyata selama ini aku sendirian, Dean sekarang hanya ada di pikiranku saja, sosok nya sudah tidak ada lagi didunia ini. Aku mengerti sekarang mengapa Dean bersikeras menyuruhku keluar, agar aku bisa melupakannya, bisa menerima fakta bahwa kini aku hidup tanpanya.


Sekarang aku menjalani hidupku kembali, ya, tanpa sosok Dean. Sudah lama sejak Dean tidak lagi muncul dihadapanku. Kini aku berjanji pada diriku untuk tidak lagi mendambakan kehadiran Dean disisiku. Semoga saja, Dean tidak kecewa dengan keputusanku. I love you Dean, always.



Amanda, Atira & Fingkan


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages